Skip to main content

Kerusakan Lingkungan di Daerah Indramayu

Indramayu dikenal sebagai wilayah pesisir yang kaya akan potensi alam, mulai dari perikanan, pertanian, hingga sumber daya minyak dan gas. Namun, perkembangan aktivitas manusia yang semakin pesat tanpa disertai pengelolaan lingkungan yang memadai menyebabkan berbagai kerusakan ekologis. Perubahan iklim global turut memperburuk keadaan dengan memicu cuaca ekstrem yang berulang. Kondisi ini mulai dirasakan masyarakat, terutama mereka yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perikanan.

Salah satu kerusakan lingkungan paling serius di Indramayu adalah abrasi pantai yang semakin parah setiap tahun. Beberapa desa pesisir seperti Eretan Wetan, Eretan Kulon, Pabean Udik, dan Karangsong telah kehilangan daratan hingga puluhan meter. Gelombang besar dan arus kuat terus menggerus garis pantai, menyebabkan rumah penduduk, tambak, dan fasilitas umum mengalami kerusakan. Banyak warga bahkan terpaksa direlokasi karena lahan tempat tinggal mereka sudah berubah menjadi bagian dari laut.

Kerusakan hutan mangrove memperburuk situasi abrasi di wilayah pesisir. Dalam dua dekade terakhir, banyak mangrove ditebang untuk dijadikan tambak atau pemukiman, sehingga kawasan pelindung alami pantai semakin menyusut. Padahal, mangrove berperan sebagai penahan gelombang, penyerap karbon, serta habitat berbagai biota laut. Hilangnya mangrove menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan dan mengurangi keanekaragaman hayati yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat pesisir.

Di kawasan pertanian, kerusakan lingkungan juga terlihat dari menurunnya kualitas tanah dan air akibat penggunaan pestisida serta pupuk kimia secara berlebihan. Penggunaan bahan kimia yang tidak terkontrol membuat tanah menjadi keras dan kurang subur. Air irigasi yang tercemar pun berdampak pada kualitas tanaman, sehingga hasil panen mengalami penurunan. Jika kondisi ini terus berlanjut, ketahanan pangan lokal dapat terganggu dan petani harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk mempertahankan produktivitas.

Masalah lain yang semakin terlihat adalah penumpukan sampah, terutama di wilayah padat penduduk dan di sepanjang pesisir. Minimnya kesadaran masyarakat serta kurangnya fasilitas pengelolaan sampah menyebabkan banyaknya limbah plastik yang berakhir di sungai dan laut. Sampah yang menumpuk mencemari ekosistem perairan, merusak habitat biota laut, dan bahkan tersangkut di jaring nelayan sehingga menghambat aktivitas penangkapan ikan. Kondisi ini juga menurunkan kualitas lingkungan dan mengurangi potensi wisata pantai.

Kerusakan lingkungan di Indramayu juga diperparah oleh aktivitas industri dan pertambangan minyak. Kebocoran minyak, limbah cair, dan emisi gas dari proses industri sering menimbulkan keluhan masyarakat sekitar. Pencemaran udara dapat menyebabkan gangguan pernapasan, sementara pencemaran air berdampak pada kesehatan hewan ternak, tanaman, dan warga yang bergantung pada sumber air tersebut. Walaupun sektor industri memberikan kontribusi ekonomi, risikonya terhadap lingkungan tidak dapat diabaikan.

Untuk mengatasi berbagai kerusakan tersebut, diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri. Rehabilitasi mangrove harus dilakukan secara serius dan berkelanjutan, bukan hanya sebagai kegiatan seremonial. Pengelolaan sampah perlu diperbaiki melalui penyediaan fasilitas, edukasi masyarakat, dan dukungan program bank sampah. Selain itu, petani perlu diarahkan pada sistem pertanian ramah lingkungan, sementara pihak industri harus diawasi agar mematuhi standar lingkungan yang berlaku. Dengan langkah yang tepat dan komitmen bersama, Indramayu dapat memulihkan lingkungan dan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi generasi mendatang.



Comments